Cari

laporan akhir Kartografi dasar UMS



LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM  KARTOGRAFI DASAR








Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc
Asisten
Ambar asmoro
Rahmannita lestari
Mifta rohma dhanin
Joko ali – rosyid
Mega is purwanto
Disusun Oleh :
Gilang Suryo Nugroho
E100140057
LABORATORIUM KARTOGRAFI DASAR
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

KATA PENGANTAR

            Assalam’alaikum Wr. Wb


Puja dan puji shukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang Telah memberikan kemdahan kepada penyusun sehingga bisa menyusun tugas penginderaan jauh yang diberikan oleh asisten kepada penyusun. Sehingga saya dapat menyusun laporan akhir yangsangat sederhana.semoga laporaninidapat dipergunakan sebagai salah satu acua, petunjukmaupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
            Harapan saya semoga laporan akhir ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga kedepannya lebih baik.
            Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para asisten member masukan yang sifatnya membangun memperbaiki makalah ini

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta ,13 desember 2014



Penyusun                    




   
DAFTAR ISI
Judul ............................................................................................................              
Kata pengantar ............................................................................................              
Daftar isi
Acara 1 ketelitian menggambar....................................................................              
Acara 2 skala peta........................................................................................              
Acara 3 proyeksi peta dan pengukuran distorsi...........................................              
Acara 4 representasi relief............................................................................              
Acara 5 memperkirakkan luas dan volume genangan .................................              
Acara 6 pembuatan penampang profil ,menghitung kemiringan lereng
Dan Menentukan saling tampak...................................................................
Acara 7 letering dan tata letak peta.............................................................              
Acara 8 membaca peta.................................................................................              
Saran ...........................................................................................................              
Daftar pustaka .............................................................................................              
.....................................................................................................................              











LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAFI DASAR
ACARA I
KETELITIAN PENGGAMBARAN







Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc
Asisten :
Ambar asmoro
Rahmannita lestari
Mifta rohma dhanin
Joko ali – rosyid
Mega is purwanto
Disusun Oleh :
Gilang Suryo Nugroho
E100140057
LABORATORIUM KARTOGRAFI DASAR
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ACARA I
KETELITIAN PENGGAMBARAN

I.Tujuan
Memberikan keterampilan kepada para praktikan untuk dapat membuat/menggambar berbagai macam kenampakan titik, garis, dan area.

II.Bahan dan Alat
1.   Gambar yang akan disalin (guide map)
2.   Rapidograph
3.   Kertas Blad (kalkir, azetec, dan sejenisnya)
4.   Alat tulis dan alat gambar (penggaris, penghapus, dan sebagainya)
5.   Mistar Sablon
6.   Selotip

III.Dasar Teori
Cartography is the Art, science and technology of making maps, together with their study as scientific documents and wokrs of art (The Multilingual Dictionary of Technical Term in Cartography, International cartography Association/I.C.,1973)
Menurut internatioanl cartography Association (ICA), kartografi adalah “seni, ilmu penegtahuan, dan teknologi tentang pembuatan peta-peta sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen ilmiah dan hasil kerja seni”.
Dari definisi tersebut, dijelaskan bahwa salah satu tugas seorang Kartograf adalah membuat peta. Membuat peta yang dimaksud disini adalah rancangan simbol (simbol design), tata letak peta (map layout), isi peta (map content), dan generalisasi (generalization).
Dalam menyajikan hasil rancangan peta (map design), seorang kartograf dapat dibantu oleh seorang juru gambar (draft man). Dengan demikian, jelaslah bahwa seorang juru gambar bukanlah seorang kartograf. Untuk mnecapai hasil yang optimal, seorang kartograf seyogyanya mengetahui cara/teknis penggambaran yang baik. Dengan demikian, perancang peta (kartografer) dapat meneliti/mengontrol kualitas gambar yang dihasilkan oleh juru ganbar (draft man)
desain grafis merupakan bagian vital dari kartografi, karena dibutuhkan komunikasi yang efektif dari simbol-simbol yang didesain.
Ada 3 komponen dari kartografi desain: warna, pola, dan topografi (seni cetak, tata huruf). Ada banyak cara memetakan data ruang (spaial) yang kesemuanya harus disajikan dengan simbol.
untuk memudahkan pelaksanaan simbolisasi dari banyak variasi data maka diadakan klasifikai simbol.
1.Simbol titik
Simbol titik digunakan untuk meyajikan tempat atau data posisional seperti suatu kota, titik tringulasi dan sebagainya.
Simbol tersebut bisa berupa dot, segitiga, segiempat, lingkaran, dan sebagainya.
2.Simbol Garis
Digunakan untuk menyajikan data-data geografis misalnya sungai, batas wilayah, jalan dan sebagainya.

IV.Langkah kerja
1.Periksalah dengan teliti bentuk kenampakkan yang ada pada peta. apabila saudara cermati, kenampakkan tersebut dapat dibedakan menjadi tig macam, yaitu : kenampakkan titik, garis, dan wilayah (area).
2.Salinlah semua kenampakkan yang adad pada peta tersebut diatas kertas blad (transparan).
3.Setelah hasil salinan selesai, cantumkan nama dan nomor mahasiswa saudara di kanan bawah.
Catatan:
1.Gunakan rapido dengan ukuran sesuai dengan kenampakkan yang saudara gambarkan.
2.uraikan secara singkat hasil kerja saudara (bentuk kenampakkan apa yang paling mudah dan sulit untuk digambar).
V. Pembahasan
Pada saat kita menarik garis pada peta. Sesudah menarik dengan rol. Rolnya jangan digeser tetapi diangkat. Kalau digeser tintanyalangsung tercecer ataupun luntur. Drawing Pen bukan pulpen biasa, tetapi pulpen yang khusus menulis didalam kertas karir. Kalau kita memakai Drawing Pen habis dipakai langsung ditutup kembali. Kalau tidak ditutup tintanya akan kering sendiri.Bila tintanya tidak bisa keluar bisa diketuk – ketuk atau digoyang – goyang. Kemudian tidak boleh jatuh karena matanya pulpen bisa patah dan tidak berfungsi maksimal kembali. Pada saat menggambar diperlukan ketelitian serta ketangkasan yang baik. Kalau tidak fokus bisa – bisa tercoret atau melebihi garis yang ditentukan. Juga kertas kalkir tidak boleh basah atau dilipat, sekali basah atau terlipat kertas akan mengembang atau membekas lipatan yang tidak bisa hilang bila ingin kembali seperti semula harus mengulang atau beli kertas kalkir yang baru.
Penyalinan peta dimaksud agarKartograferyang baru belajaruntuk memahami peta yang kenampakan – kenampakan abstrak yang terdapat di peta. Langkah Pertama yang dilakukan oleh Kartografer dalam menyalin peta adalah mengenai alat dan bahan yang akan digunakan sesuai dengan cara kerja penyalinan peta. Adapun syarat – syarat penggunaan drawing pen, ukuran 0,1 menyalin garis tepi atau garis tipis pada peta, 0,2 menyalin garis tepi yang tebal atau Jalan Raya, Ukuran 0,3 menyalin gambar yang sifatnya tebal seperti simbol. Simbol atau kenampakan bangunan. Pada Praktikum 1 ini tingkat kesulitan penggunaan alatnya masih sangat besar, artinya Penggunaan alat yang tidak terlalu rumit dan susah. Ini mungkin disebabkan oleh jumlah alat yang belum terlalu banyak. Serta penyalinan peta tidak terlalu rumit.
Sedikit sulit saat menggaris suatu peta dengan menggunakan Penggaris dan Drawing Pen, Karena jika tidak teliti maka garisnya akan rusak dengan Drawing Pen, yang belum kering.
VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum ini adalah :
·         Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara menyalin peta dengan menggunakan kertas kalkir, drawing pen, dan alat penyalin lainnya. Dalam kegiatan menyalin peta ini. Mahasiswa diharapkan agar berhati – berhati dalam menggunakan alat – alat penyalin peta. Yang paling penting pada saat penggunaan drawing pen pada kenampakan titik, garis, dan luas area harus sangat berhati – hati. Karena sedikit saja bergeser dari arah yang kita gambar, akan menyebabkan gambar peta tersebut menjadi tidak rapi. Periksalah denggan teliti bentuk kenampakan yang ada pada Peta Panduan tersebut sebelum menggambar diatas permukaan kertas kalkir.
·         Banyak sekali definisi tentang peta. Tetapi pada dasarnya peta adalah alat peraga, dimana melalui alat peraga itu, Seorang penyusun peta ingin menyampaikan kliennya kepada orang lain.
·         Dalam melaksanakan segala kegiatan dalam usaha selalu terdapat kendala. Namun kita berupaya terus menyempurnakan. Kendala menyalin peta adalah banyak drawing pen yang habis tintanya sehingga menghambat kita untuk bekerja secara maksimal.








LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAFI DASAR
ACARA II
SKALA PETA







Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc
Asisten :
Ambar asmoro
Rahmannita lestari
Mifta rohma dhanin
Joko ali – rosyid
Mega is purwanto
Disusun Oleh :
Gilang Suryo Nugroho
E100140057
LABORATORIUM KARTOGRAFI DASAR
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ACARA II
SKALA PETA
I.     Tujuan
Praktikan dapat memahami dan mempraktekkan transformasi skala peta dan mengubah (memperbesar/memperkecil) skala peta.

II.    Bahan dan Alat

1.      Guide map atau peta yang akan dijadikan obyek praktikum
2.      Kertas blad (kalkir, ozetec, dan sebagainya)
3.      Kertas milmeter
4.      Alat tulis dan gambar seperti rapidograph, mistar sablon, penggaris, penghapus dan lain-lain.
5.      pantograph.

III.       Dasar Teori
Definisi pata (menurut ICA) :A map is a represeniation, normally to scale and on a fiat medium, of a selection of material or abstrac jeatures on, or in relation to the earth’s surface or of a colestial body (The Multilingual Dictionary of Technical Term in Cartography, ICA. 1973).
            Terjemahan bebas :
      “Peta adalah suatu represtasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih di permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan”. Dengan demikian skala peta adalah perbandingan antar jarak di peta, globe, model relatif atau penampang melintang dengan jarak sesungguknya di permukaan bumi.

            Memperbesar dan memperkecil peta (mengubah skala peta)
1.         Dengan system grid bujur sangkar (gird square), cara ini dikenal dengan metode Union Jack.
2.         Dengan alat Pantograph
3.         Dengan alat Map-O-Graph
4.         Proses Photograph
            Cara memperbesar dan memperkecil peta pada dengan proses fotografi ini cukup mahal biayanya, karena harus menggunakan film negative dan film    positif.

IV.       Langkah kerja
1.        Perhatikan secara seksama peta yang saudara hadapi. Sesuai dengan instruksi pembimbing, cantumkan skala peta secara numeric (numerical scale)
2.      Transformasi skala tersebut, dari numeric menjadi skala verbal (verbal scale) dan skala grafis (grahic scale)
3.      Kecilkan/besarkan peta  yang saudara hadapi dengan dua cara, yaitu cara grid untuk menggambar ABCD dan mekanik untuk gambar BDEF. Angka pengecilan/pembesaran disesuaikan dengan instruksi pembimbing.
            Catatan
            Dalam melaksanakan pembesaran/pengecilan peta, perhatikan banyaknya    garis. Gambar/garis pada peta yang dirubah skalanya, akan berubah sesuai   dengan angka perubahannya.
    V.    Pembahasan
               Semakin besar skala yang dibuat pada peta maka daerah yang digambarkan semakin sempit dan informasi yang disajikan semakin luas dan sebaliknya jika skala peta semakin kecil maka daerah yang digambarkan semakin luas dan informasi yang disajikan semakin sedikit. Langkah Pertama yang dilakukan oleh Kortografer dalam menyalin peta adalah mengenal alat dah bahan yang akan digunakan akan sesuai dengan cara kerja penyalinan peta. Memperbesar peta yakni merubah ukuran semula menjadi lebih besar manfaatnya yaitu untuk menampakkan daerah secara terperinci dan objek yang ada menjadi lebih jelas. Seperti yang kita ketahui dalam Pelaksanaan Praktikum, Pembesaran Peta tidak untuk mengubah posisi atau kedudukan yang ada pada peta sebenarnya, akan tetapi hanya memperjelas objek pada peta tersebut. Pada saat pembesaran peta bisa menguraikan metode grid atau kotak – kotak.Memperkecil peta yakni membuat peta lebih kecil dari ukuran sebenarnya.
               Manfaat dari memperkecil peta yakni membuat peta lebih kecil dari ukuran sebenarnya dengan kenampakan seluruhnya. Metode yang digunakan dalam memperkecil peta sama dengan memperbesar peta yaitu menggunakan metode grid hanya ukuran grid untuk memperkecil peta lebih kecil dan harus teliti. Perkecilan ini menggunakan perbandingan 2 kalilebih kecil dari perbandingan peta, Jumlah kotak yang dibuat menjadi lebih kecil dan menampakkan area yang lebih luas. Perkecilan harus sesuai dengan kenampakan asli dari peta yang kita amati.

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Memperbesar dan memperkecil peta merupakan suatu proses dalam mengubah ukuran suatu peta baik ukuran besar diubah menjadi kecil atau sebaliknya, dari gambar asli dengan perbandingan tertentu.
2.      Dalam memperbesar peta atau memperkecil dilakukan berbagai cara, diantaranya yang sederhana dalam proses tersebut metode grid atau kotak – kotak.
3.      Pada pembesaran peta terjadi distorsi yang lebih besar dari pada perkecilan peta. Sehingga perlu dalam mengetahui peta dan memahaminya sebelum membacanya.
4.      Dalam memperbesar atau memperkecil peta hendaknya sesuaikan dengan prosedur yang berlaku, agar tidak terjadi kesalahan yang fatal ataupun mendasar.





LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAFI DASAR
ACARA III
PROYEKSI PETA DAN PENGUKURAN DISTROSI








Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc
Asisten :
Ambar asmoro
Rahmannita lestari
Mifta rohma dhanin
Joko ali – rosyid
Mega is purwanto
Disusun Oleh :
Gilang Suryo Nugroho
E100140057
LABORATORIUM KARTOGRAFI DASAR
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ACARA III
PROYEKSI PETA DAN PENGUKURAN DISTROSI

I.Tujuan
·         Memberikan kerampilan kepada praktikn agar dapat menggambarkan konstruksi proyeksi silinder,kerucut,dan azimuth

II.Bahan dan alat
1.         Globe
2.         Kertas Kalkir
3.         Rapidograpy
4.         Penggaris,bujur derajat,Kalkulator,dan alat tulis lain nya

III. Dasar teori
                        Untuk memindahkan bidang lengkung kebidang datar tidak mungkin         dilakukan tanpa kesalahan.Berdasarkan  hal ini maka dicari cara-cara yntuk   memindahkan bidang lengkung tersebut kebidang datar dengan kesalahan        yang    sekecil-kecil nya.cara-cara inilah yang disebut dengan proyeki peta.
                        Menurut Erwn Raisz,proyesi peta adalah sitem paralel  dan meridian           untuk   menggambarkan peta.sedangkan menurut steers,proyeksi peta adalah             cara      menggambar kan garis-garis paralel dan meridian dari globe ke kertas     datar.Walaupun sangat sukar untuk membuat peta yang tepat dari bagian bola        dunia,tetapi bukan berarti sukar untuk menentukan kualitas dari proyeksi yang   digunakan.Kualitas dari proyeksi tergantung dari:
            -Luas daerahnya
            -Bentuk daerahnya
            -Skala yang digunakan
            -Hubungan satu dengan yang lain
            -Mudahnya  menggambarkan
           
Proyeksi peta dapat digolong-golongkan menjadi beberapa dasar yaitu;
1.      Berdasarkan garis karakteristik ,dibedakan adanya 3 macam proyeksi yaitu ;
a)      Proyeksi normal,dimana garis kaeakterisik berimpit dengan sumbu bumi
b)      Proyeksi trasversal,garis karaktristik tegak lurus pada sumbu bumi.
c)      Proyeksi oblique,(miring),garis karakterstik membentuk sudut lancip dengan sumbu bumi
2.      Bedasarkan kesalahannya
Dengan mengabaikan  unsur-unsur lainnya,kita dapat mempertahankan kebenaran dari salah satu segi,dalam hal ini dibedakan:
a.       Proyeksi equivalent,luasnya tetap benar,artinya luas bagian-bagian dari peta itu sama dengan luas. Bagian-bagian tersebut pada globe dengan skala yang sama.
b.      Proyeksi equidistant,proyeksi yang jarak nya tetap,artinya pada jarak dengan arah tertentu pada peta,sama dengan jarak itu pada globe dengan skala yang sama
c.       Proyeksi conform,proyeksi yang benyuknya tetap,artinya bentuk pada peta sama dengan bentuknya diglobe dengan skala yang sama.Tetapi harus diingat  bahwa bentuk yang tetap ini hanya mungkin untuk lua yang terbatas saja.syarat-syarat nya ialah:
-          Paralel  dan meridian saling tegak lurus
-           Skala ke segala arah pada setiap titik harus sama,tetapi skala dari titik yang satu dengan ke titik yang lai boleh berbeda
-          Perbandingan unsure paralel  dan meridian tetap

IV.       LANGKAH KERJA
a)      Proyeksi perspektif,proyeksi yang konstruksinya memang bersifat mathemattis,jadi sama dengan proyeksi dalam artian umumnya.
b)      Proyeksi non perspektif,adalah proyeksi yang tidak bersifat perspektif tetapi merupakan modifikasi dari proyeksi modifikasi dari proyeksi perspektif.ini biasanya dibuat untuk praktisnya saja


4.         Berdasarkan bidang proyeksi
a.       Proyeksi zenithal atau azimuthal.
Bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub,equator atau diseberang tempat
b.      Proyeksi silinder
Pada proyeksi ini semua paralel merupakan garis lurus horizontal dan semua meridien berupa garis lurus vertical.karena itu semua proyeksi-proyeksi dengan paralel,horizontal, dan meridien veryikal sering digolongkan dakam proyeksi silinder ini.
c.       Proyeksi kerucut
Didapat dengan mamproyeksikan globe pada kerucut yang meninggung atau memotong globe,kemudian dibuka.Menbentangkan proyeksi ini di tentukan oleh sudut puncak nya.
Tiap proyeksi krucut yang normal mempunyai paralel yang melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radian.terutama baik untuk daerah-daerah yang terletak dilintang tengahan.
Memilih proyeksi
Yang kita persoalkan dalam proyeksi ini adalah  menggambarkan permukaan bumi dengan suatu cara yang mempunyai kesalahan yang sekecil-kecilnya.Sepertinya telah diterangkan didepan,kesalahan dari tiap proyeksi itu pasti ada.kesalahan ini dapat berupa kesalahan bentuk,luas maupun jarak.
Ada juga proyeksi yang dapat mempertahankan kebenaran salah satu segi,meskipun dengan akibat kesalahan pada segi lain diperbesar.Oleh karena itu kita dapat memiih salah satu proyeksi yang kita anggap sesuai dengan tujuan

Untuk itu perlu diperhatikan dalam memilih proyeksi peta yaitu mengenai:
·         Maksud pemetaan
·         Besar atau luas nya daerah
·         Bentuk daerah
·         Letak daerah
·         Mudah menggambarnya
Untuk menggambarkan peta diagram yang sederhana lebih baik digunakan proyeksi peta dengan paralel dan meridian yang lurus(horizontal dan vertical),karena:
·         Lettering tidak membengkok
·         Paralel dan meridian dapat dihapuskan,hanya dipinggirnya saja diberi angka pembagian derajat
Untuk peta yang menunjukan hubungan antara jumlah dan penyebaran sesuatu dengan luas daerah,lebi baik kita gunakan proyeksi quill arca.misalnya saja peta rapat penduduk,hasil bumi,peta iklim dan sebagainya
Besar atau luas suatu daerah juga mempengaruhi pemilihan proyeksi peta ini.Untuk daerah yang sempit,banyak proyeksi yang dapat digunakan,karenapenggambarannya yang tak akan banyak kesalahan ,untuk peta yang berskala dunia biasanya digunakan proyeksi konvensiona.
Bentuk daerah yang membujur misalnya(arah timur barat sebaiknya digunakan proyeksi yang kesalahan nya terutama kearah utara selatan.Misal nya proyeksi silinder,kerucut.Untuk daerah yang membujur dengan arah utara selatan maka digunakan proyeksi pata denagn kesalahan terutama kearah timur dan barat.Misalnya proyeksi sinusoidal
Letak daerah yang dipetakkan juga menjadi salah satu pertimbangan untk memilih  proyeksi peta yang digunakan .pada garis besarnya dapat dikatakan bahwa:
-          Proyeksi silinder sesuai untuk daerah equator
-          Proyeksi kerucut sesuai untuk daerah lintang tengah
-          Proyeksi azimunthal untuk daerah kutub.Tapi karena berpusat,maka sering digunakan
Catatan:
1.      Kedudukan sumbu simetri yang digunakan pada praktikum ini adalah kedudukan ‘normal”
2.      Untuk mengtahui distosi jarak dapat diketahui dengan menghitung jarak dua totik di globe dan bandingkan dengan jarak dua titik yang sama di peta ;distrosi arah,dentuk,luas,pada prinsip nya sama dengan pengukuran distorsi jarak,pengukuaran besarnya distrosi yang hurus ukur,ditetukan pada tiga lokasi,yaitu:lintang rendah,lintang sedang dan lintang tinggi.
3.      Prinsip pembuatan jaring-jaring proyeksi normal dengan tiga macam bidang proyeksi yang digunakan,dapat di lihat pada lampira

perhitungan :
Proyeksi Silinder
D1 : r. Bumi : 64.000.000 km
        Skala     :  1: 64.000.000 cm
        Interval : 15°
D2 : 1. Cari jari – jari proyeksi
        2. Cari interval meridian
        3. Cari beberapa banyaknya proyeksi
        4. Berap garis panjang paralel
D3 : Langkah I
        Mencari Jari – Jari Proyeksi
      =  =  =10 cm

      : Langkah II
      =  x 2 x 3,14 x 10 cm
      = 2,6 cm

     : Langkah III
 Banyaknya Garis
     =
     = 24 garis
    : Langkah IV
    Panjang Garis Paralel
    : Interval Median x Jumlah Garis Median
    : 2,6 x 24 = 62,4 cm


V.                Pembahasan
               Untuk memindahkan bidang lengkung ke bidang datar tidak mungkin        dilakukan        tanpa kesalahan. Berdasarkan hal ini maka dicarikan cara –            cara untuk memindahkan bidang lengkung tersebut ke bidang datar dengan   kesalahan yang sekecil – kecilnya. Cara – cara inilah yang disebut dengan   Proyeksi Peta.
               Besar atau luas suatu daerah juga mempengaruhi pemilihan proyeksi            peta ini. Untuk daerah yang sempit. Banyak proyeksi yang dapat digunakan,           Karena penggambarannya yang tak banyak kesalahan, Untuk peta yang         berskala dunia biasanya digunakan Proyeksi Konvensional.
               Bentuk daerah yang membujur misalnya arah timur barat sebaiknya             digunakan proyeksi yang kesalahannya terutama ke arah utara selatan.             Misalnya proyeksi silinder, kerucut. Untuk daerah yang membujur dengan       arah utara selatan maka digunakan proyeksi peta dengan kesalahan terutama           kearah timur dan barat.
               Walaupun sangat sukar untuk membuat peta yang tepat dari bagian             bola dunia, tetapi bukan berarti sukar untuk menentukan kualitas dari proyeksi           yang digunakan. Kualitas dari proyeksi tergantung dari luas daerah, bentuk     daerah, skala yang digunakana, hubungan satu dengan yang lain, mudahnya             menggambar.
   Prroyeksi dibedakan menjadi 4 yaitu :
1.      Proyeksi Gnemonis
2.      Proyeksi Stereografis
3.      Proyeksi Ortografis
4.      Proyeksi Silinder
Untuk menggambar peta diagram baik menggunakan proyeksi dengan
            paralel dan meridian yang lurus, karena :
-          Lattering tidak perlu membengkok
-          Paralel dan Meridian dapat dihapuskan hanya pinggirnya saja diberi angka derajat.

VI.              KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Memindah dan membuat gambar yang ada di globe ke bidang datar dengan ketelitian menggambar serta ukuran atau jarak pada globe harus sesuai dengan gambar yang akan dipindah ke bidang datar.
2.      Dalam memindah globe ke bidang datar dapat dilakukan dengan berbagai cara proyeksi yakni Gnemonis, Stereografis, Ortografis Silinder
3.      Pada pemindahan gambar pada globe ada beberapa yang harus diperhatikan, seperti ukuran proyeksi serta jarak harus sama tidak boleh berubah dari garis katulistiwa atau garis lintang.
4.      Dalam mengubah atau memindah gambar globe ke bidang datar hendaknya disesuaikan dengan prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan yang fatal ataupun mendasar.








LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAFI DASAR
ACARA IV
REPRESENTASI RELIEF







Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc
Asisten :
Ambar asmoro
Rahmannita lestari
Mifta rohma dhanin
Joko ali – rosyid
Mega is purwanto
Disusun Oleh :
Gilang Suryo Nugroho
E100140057
LABORATORIUM KARTOGRAFI DASAR
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ACARA IV
REPRESENTASI RELIEF

I.TUJUAN
Memperkenalkan dan melaih preatek menggamar bentuk relief dengan metode garis kontur dan menggamar kesan tiga dimensi dengan cara hill shading,layer shading dan blok diagram

II. BAHAN DAN ALAT
1.      Kertas blad(kalkir, ozetec,dll)
2.      Peta penyebaran pengukuan (guide map) yang akan dibuat garis kontur
3.      Rapidograph (0,1 dan 0,2)
4.      Pensil warna,penggaris dan alat tulis

III. DASAR TEORI
            Relief adalah bertentangan fisikal, konfigurasi nyata dari permukaan bumi atau dalam arti dalam arti bebas perbedaan perbedaan dari ketinggian dan kemiringan permukaan bumi.(Dictionary of geography).
            Untuk menggambarkan bentuk tiga dimensional ini ada beberapa macam.dalam praktikum ini yang dipakai adalah dengan metode garis kontur. Ada dua cara yang diperfungsikan yaitu ”hill shading” dan “layer shading” yaitu dengan ian dan dua warna. Untuk itu perlu dipahami dulu mengenai garis kontur baik cara pembuatan atau ketentuan ketentuan yang lain.
            Garis kontur adalah garis garis yang menghubungkan titk titik yang mempunyai ketinggian yang sama, diatas ataupun di bawah bidan referensi(datum plane). Ada pun beberapa sifat garis kontur yang perlu diketahui adalah :
1.      Garis kontur yang rapat lerengnya curam atau terjal
2.      Garis kontur selalu bersifat horizontal
3.      Garis kontur selalu berkelok mengikuti bentuk lerengnya,
4.      Garis kontur selalu tegak lurus dengan aliran/ alur sungai
5.      Garis kontur selalu tertutup
Untuk membaca ketinggian pada garis kontur tertentu terdapat angka  indeks kontur, yaitu yang menunjukan beberapa ketinggian garis nkontur tersebut, juga dengan indeks ini dapat diketahui leh beberpa kontur intervalnya(ci). Contur intrval atau interval kontur adalah jarak vertikal antara  tiap tiap garis kontur, yang esarnya dibuat tetap pada sebuah peta:
Penentuan interval kontur pada:
1.      Tujuan pemetaan
Bila ingin mengetahui relief secara teliti, dibuat kontur yang kecil
2.      Skala peta
·         Skala kecil maka ci besar
·         Skala besar,maka ci kecil
Rumus umum yang sering digunakan adalah ½ adalah sebagai berikut
·         Ci= 1/2000 x penyeut skala (m)
·         Skala imperial = ci =(25 x mile/ inchi)feet
3.      Konfigurasi relief=
Relief aksar / bergunung gunung sebaiknya ci besar.
Relief dasar ci kecil supaya leih tampak jelas bedanya
4.      Pengukuran tinggi tempat
Untuk mendapatkan relief yang baik , diperlukan kontur rapat sehingga ada
Penggambaran garis kontur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (bil diketahui titik ketinggianya)
Interpolasi liner
Interpolasi grafis
Berdasarkan garis kontur tersebut, konfigurasi relief lebih mudah dibaca  bila dibandingkan metode lainya, namun demikian kadang kadang  penggambaran relief dengan garis kontur saja kesan tiga dimensinya sulit digambarkan,sehingga timbul cara yaitu hill shading dan layer shading (hypsometric shading)

·         Hill shading
Adalah pemberian warna atau bayangan pada suatu gambar relief untuk menciptakan suatu bentuk tiga dimensional pada metode garis kontur. Prinsip yang dipakai adalah dengan menggunakan prinsip penyinaran. Biasanya penyinaran / arah sinar datang dari arah barat laut, sehingga bayangan terjadi di sebelah tenggara
·         Layer shading
Walaupun garis kontur memberikan informasi mengenai ketinggian  dan kemiringan, namun metode ini tidak membantu dalam membaca ketinggian dan kemiringan, namun metode ini dapat membantu saat membaca peta tentang kesan yang  menyeluruh (kesan relief pada suatu peta). Untuk mengatasi masalah masalah ini pada zona zona ketinggian tertentu  diberi warna dan dan hal ini akan memberikan kesan menyeluruh sehingga relief secara keseluruhan di ketahui dengan jelas.
Penggunaan skala warna pada metode ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesan ketinggian  dari rendah ke lebih tinggi misalnay :
-          Daerah  / zona ketinggian 100 – 200 m; biru
-          Daerah / zona ketinggian 200 – 300 m; hijau
Warna yang paling banyak digunakan untuk mencermikan relief adalah adalah dari  warna hijau tua( dark green) untuk daerah yang lebih rendah, sampai ke warna hijau muda,kuning dan coklat untuk daerah yang lebih tinggi.
            Contoh ( yang sering digunakan )
            Ø      2000 – 4000 :merah coklat (brown – red)
            Ø      2000 – 4000 :coklat merah ( red – brown )
            Ø      1000 – 2000 :coklat (brown)
            Ø      500 – 1000 : coklat muda (light brown)
            Ø      200 – 500 :kuning (yellow)
            Ø      100 – 200 :hijau kuning (yellow-green)
            Ø      100  (hijau biru)




IV.LANGKAH KERJA
-          Lihat guid map (peta sebaran titik titik hasil pengukuran di lapangan ). Pada pete tersebut sudah tergambar  sebagian garis kontur yang dapat digunakan sebagai pertolongan pembuatan garis kontur yang lain.
-          Berdasarkan titik-titik ketinggian tersebut,gambarkan garis kontur dengan cara Logical contour, dengan interval kontur (cl)= 25 meter
-          Kontur penunjuk (index contour) digambarkan dengan lebih tebal dan cantumkan angka konturnya.
-          Apabila penggambaran kontur sudah saudara anggap benar, pindahkan pada kertas blad dan digandakan sebanyak tiga lembar.
-          Khusus untuk lembar tiga, kecil dua kali
-          Pada lemar pertama: berdasarkan  garis kontur, tonjolkan kesan tiga dimensi dengan cara hill shanding
-          Pada lembar kedua: berdasarkan garis kontur, tonjolkan kesan tiga dimensi dengan cara layer shanding
            Pada lembar ketiga: berdasarkan garis kontur, kesan tiga dimensi dengan    membuat blok diagram.

Perhitungan
X =
    = 5,0
X =
    = 4,3
X =  x 5,6
    = 3,6
X =
    = 2,9
X =
    = 2,2
X =  x 5,6
    = 1,5
X =
    = 0,8
X =
    =


Perhittungan V                         Perhitungan VI
X =  x 4,1                      X =
    = 3,1                                          = 4,3
X =                      X =
    = 2,4                                          = 0,9
X =                     X =
    = 1,6                                         = 4,5
X =                    X =
    = 0,9                                        = 1,6
X =                    X =
    = 0,1                                        = 0,2
Perhitungan VII
X =            X =             X =
    = 6,4                                = 3,5                               = 0,7
X =           X =             X =  x 8,3
    = 5,4                               = 2,6                                = 7,3
X =           X =
    = 4,5                               = 1,6

Perhitungan VIII              Perhitungan IX              Perhitungan X  
X =              X =            X =
    = 2,5                                = 2,6                                = 2,0
X =              X =            X =
    = 2,1                                 = 1,3                               = 1,5
X =                                                     X =
    = 1,7                                                                         = 1,1
X =  x 3,4                                                     X =
                                                                                     = 0,6
    = 1,3
X =               Perhitungan XI
    = 0,9                               X =
X =                   = 1,6
    = 0,5                                X =
X =                    = 1,1
    = 0,1                                X =
                                                = 0,5

V. PEMBAHASAN

Garis kontur adalah garis – garis yang menghubungkan titik titik yang mempunyai ketinggian yang sama, diatas ataupun dibawah bidang referensi (datum plane). Adapun beberapa sifat garis kontur yang perlu diketahui adalah
1.      Garis kontur yang rapat lerengnya curam atau terjal
2.      Garis kontur selalu bersifat horisontal
3.      Garis kontur selalu berkelok mengikuti bentuk lerengnya
4.      Garis kontur selalu tertutup
Ada cara menggambar garis kontur yaituHill Shiding dan Layer Shading (Hypsometic Shading)
1)      Hill Shading
Pemberian warna atau bayangan pada suatu gambar relief untuk menciptakan suatu bentuk tiga dimensional pada metode garis kontur. Prinsip yang dipakai adalah penyinaran.
2)      Layer Shading
Walaupun garis kontur memberikan informasi mengenai ketinggian dan kemiringan. Namun metode ini tidak membantu saat membaca peta tentang kesan yang menyeluruh (Kesan relief pada suatu peta). Untuk mengatasi masalah – masalah ini. Pada zona – zona kemiringan tertentu diberi warna dan hal ini akan memberikan kesan menyeluruh sehingga relief secara keseluruhan diketahui dengan jelas.


VII.          KESIMPULAN

     Dapat disimpulkan dari praktikum Representasi Relief bahwa ada beberapa Pelajaran yang dapat diambil yaitu :
1). Dapat menentukan bentuk relief dengan metode garis kontur
2). Menggambar dengankesan 3 dimensi menggunakan metode itu Shading dan Layer Shading.
3). Dalam mengetahui berapa ketinggian dengan menggambar dan diberi kode nama yang berbeda.
4). Ketelitian menggambar dan Menghitung berapa jumlah Interval yang dipakai
       5). Ci = Kontur Interval adalah jarak Vertikal pada tiap garis kontur.




LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAFI DASAR
ACARA V
MEMPERKIRAKAN LUAS DAN VOLUME GENANGAN







Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc
Asisten :
Ambar asmoro
Rahmannita lestari
Mifta rohma dhanin
Joko ali – rosyid
Mega is purwanto
Disusun Oleh :
Gilang Suryo Nugroho
E100140057
LABORATORIUM KARTOGRAFI DASAR
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ACARA V
MEMPERKIRAKAN LUAS DAN VOLUME GENANGAN

I . TUJUAN
Memberikan ketrampilan kepada praktikan untuk menghitung luas suatu bentuk tidak teratur dan memperkirakan volume atau genangan air pada suatu bendungan/waduk.

II. ALAT DAN BAHAN
1 . Peta kontur
2 . Kertas millimeter
3 . Kertas transparan
4 . Rapidograph ( 0,2 dan 0,3 )
5 . Alat tulis ( pesil 2H )

III. DASAR TEORI
Untuk mengukur luas genangan suatu permukaan lain yang tidak teratur bentuknya dapat dengan menggunakan beberapa metode. Metode itu masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri. Dari pengukuran luas itu dapat ditentukan pula volume dari genangan tersebut. Syarat yang diperlukan dari perhitungan luas dan volume ini adalah garis-garis kontur yang terdapat pada peta daerah tersebut.
A . SQUARE METHOD
Ini adalah cara yang paling sering digunakan apabila peralatan yang diperlukan kurang memadai. Selain itu cara ini mudah untuk dilakukan. Peralatan yang diperlukan hanyalah alat tulis seperti penggaris dan pensil. Pekerjaan untuk square method atau metode grid ini adalah dengan membuat grid atau kotak-kotak dengan sisi yang mempunyai panjang tertentu pada gambar daerah yang akan dihitung luasnya.
Hasil yang diperoleh memang tingkat ketelitiannya tidak tinggi tetapi sangat tergantung dari panjang sisi atau luas kotak yang digunakan. Semakin besar kotak yang dibuat, maka akan semakin kecil tingkat ketelitiannya akan lebih tinggi.

B . STRIPPED METHOD
Cara ini dilakukan juga tidak tersedia cukup peralatan, khususnya peralatan untuk mengukur luas. Metode ini adalah dengan menggunakan garis-garis sejajar yang dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh daerah yang akan diukur luasnya terbagi menjadi beberapa bagian oleh garis-garis ini. Dengan mengukur masing-masing daerah yang dibatasi oleh garis-garis tersebut kemudian menjumlahkannya menjadi di luas total, maka luas daerah tersebut dapat dijumlahkan menjadi luas total, maka luas daerah tersebut dapat dihitung denagn mengalikan luas total tersebut dengan penyebut skala.
C . TRIANGEL METHOD
Metode ini pada prinsipnya menggunakan luas segitiga, yang dibuat sedemikian hingga seluruh daerah terbagi menjadi beberapa buah segitiga. Untuk lebih memudahkan perhitungan dapat ditarik garis tegak lurus dengan salah satu sisi segitiga yang berfungsi sebagai alasnya. Sehingga luas segitiga dapat dihitung dengan menggunakan rumus segitiga biasa:  ½ alas x tinggi
D. METODE PLANIMETER
Metode ini dengan menggunakan alat planimeter. Dengan alat ini maka pekerjaan dapat menjadi lebih cepat dan ketelitian yang dihasilkan cukup tinggi. Pemasangan alat yang benar sangat mempengaruhi tingkat ketelitian yang diperoleh.
Dari hasil pengukuran luas tersebut dapat dihitung volume suatu genangan, yaitu dengan mengukur luas daerah ruang dibatasi oleh tiap-tiap kontur pada genangan tersebut. Jadi pada prinsipnya kita ukur lebih dulu luas tiap-tiap daerah yang dibatasi tiap kontur, lalu dengan suatu formula dapat kita tentukan volumenya.
Formulanya yang digunakan adalah:
volume:
Ci adalah contur interval




V.        PEMBAHASAN
a.       Grid
Luas = Jumlah grid yang diaksir x Luas grid x Skala
= 149        x 1cm         x 1 : 99.135
         = 14771115 m²
b.      Stripped
Luas = Panjang total x Skala
P. Total = L1 + L2 + L3 + L4 + L5...+ Ln
              = 2,8 + 4,7 + 5 + 8,9 + 16,2 + 11+ 11,7+ 18 + 17,4 + 10 + 2,5 + 5
6 + 5,6 + 5,4 + 5,7 + 5,3 + 3,4 + 1,9
=146,5
Skala = 99.135
Luas = 146,5 x 99.135
= 14523,2775 m²
V.       KESIMPULAN
Dari Praktikum yang telah dillakukan dapat disimpulkan bahwa kita dapat memperoleh beberapa point yaitu :
1.      Dapat menentukan Luas genangan yang tidak teratur dan tidak merata. Dalam metode grid
2.      Mengetahui cara mengukur memperkirakan volume luas genangan dengan berbagai macam cara.



LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAFI DASAR
ACARA VI
PEMBUATAN PENAMPANG PROFILE, MENGHITUNG KEMIRINGAN LERENG DAN MENENTUKAN SALING TAMPAK (INTERVISIBILITY)






Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc
Asisten :
Ambar asmoro
Rahmannita lestari
Mifta rohma dhanin
Joko ali – rosyid
Mega is purwanto
Disusun Oleh :
Gilang Suryo Nugroho
E100140057
LABORATORIUM KARTOGRAFI DASAR
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ACARA VI
PEMBUATAN PENAMPANG PROFILE, MENGHITUNG KEMIRINGAN LERENG DAN MENENTUKAN SALING TAMPAK (INTERVISIBILITY)


I. TUJUAN
Memberikan ketrampilan kepada mahasiswa dalam hal pembuatan profil menghitung kemiringan lereng dan mengamati keadaan saling tampak pada beberapa titik.

II. BAHAN DAN ALAT
1. Peta kontur
2. Kertas millimeter
3. Kertas transparan/ kalkir
4. Rapidhograph/drawing pen (0,2 dan 0,3)
5. Penggaris
6. Alat tulis ( pensil dan sebagainya)

III. Dasar Teori
Profil atu penampang atau vertical section adalah gambaran bentuk suatu penampang dari suatu daerah apabila daerah tersebut dipotong oleh suatu gambaran profil vertical yang tegak lurus pada permukaannya.
Penggaan yang sama gammbaran profil dapat dengan dua cara yaitu:
1. Skala horizontal sama dengan skala vertical
Cara ini akan menggambarkan keadaan yang sama dengan keadaan sebenarnya di lapangan sehingga konfigurasi relief tidak jelas. Tetapi untuk tujuan-tujuan tretentu hal ini penting untuk dibuat, sebab bila dengan pembeesaran skala kadang akan membuat kesalahan.
2. Skala vertical diperbesar atau dengan biasa vertical exaggeration
Atau biasa dikenal dengan VE, sedangkan skala horizontal tetap dan relief yang ditampilkan akan tampak lebih jelas. Profil suatu wilayah perlu dibuat, untuk memberikan gambaran yang paling mudah dimengerti tentang suatu lereng yang digambarkan sepanjang garis tertentu.
            Pembuatan vertical exaggeration tergantung dari:


1. Maksud pembuatan profil
Pekerjaan yang memerlukan konfigurasi relief memerlukan VE, contohnya adalah:
-          pembuatan dam atau waduk,
-          mengetahui kind form, morfologi dan sebagainya.
Untuk membuat suatu penampang geologi tidak bias menggunakan vertical exaggeration karena dalam mengukur suatu dip perlapisan bisa menjadi salah.
2. Konfigurasi relief
-          Relief kasar, maka tidak perlu dengan VE
-          Relief halus sangat memerlukan relief yang nyata atu tegas sehingga memerlukan vertical exaggeration.
Profil dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu. Penggunaan profil antara lain adalah sebagai berikut:
1. Visibility problem
Yaitu menentukan daerah yang Nampak dan tidak tampak, bila seseorang berdiri disuatu tempat. Biasanya untuk proyek pariwisata
2. Cut and fill
Misalnya untuk membuat suatu jaringan jalan maka perlu dilakukan pemotongan dan mengurukan/pengurukan.Dengan membuat profilnya maka dapat ditentukan beberapa volume tanah yang dipotong dan beberapa yang ditimbun.
Dengan mengetahui ketinggiannya dari garis kontur, kita dapat membuat suatu perhitungan kemiringan lereng. Dengan melihat skala peta kita dapatkan beberapa jarak sebenarnya di lapangan. Kemudian beda tinggi dari kedua tempat tersebut dapat diketahui dengan melihat garis konturnya. Setelah diketahui jarak mendatar dan jarak vertikalnya maka kemiringan lereng suatu pengal lereng dapat dihitung. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
            Tg α= jarak vertical
            Jarak horizontal

IV.       LANGKAH KERJA
1.      Perhatikan secara seksama, pada kontur yang digunakan sebagai bahan praktikum
2.      Buatlah profil dari titik A ke titik E. bila konfigurasi relief yang dihasilakan kurang tegas, dapat digunakan perbesaran skala vertical. ( vertical exaggeration). Hitung besar kemiringan lereng ( nyatakan dalam lima cara ), bagaimana bentuk lerengnya dan bagaimana bentuk reliefnya.
3.      Amatilah apakah titik A dan titik E saling tampak atau tidak. Beri alasannya mengapa demikian.


Catatan:
Bentuk lereng cukup dibedakan menjadi lereng cembung atau lereng cekung. Bentuk relief dapat dibedakan menjadi datar, berombak, bergelombang, berbukit kecil, berbukit sedang, berbukit dan bergunung.

-          Bentuk relief bergelombang jika jarak puncak ke lembah kurang dari 10 meter.
-          Bentuk dari 10 meter.
Contoh:
Kemiringan lereng
Missal: skala peta= 1: 50000, jarak horizontal ( x….y)=2250 meter

Kemiringan lereng= 50.000 cm / 2.250
=0,22
=12˚24’
=22℅
=222 meter per kilometer
=222 mils
Bentuk lereng tersebut adalah cekung ( concave) x dan y saling tampak, dan reliefnya berbukit.

Hasil Praktikum
Menghitung Kemiringan Lereng Pada Peta Contur
·         Cara I
Desimal = 0,00502
Persen = 0,502%
Derajat = 26,65
·         Cara II
Tg ∞ =
Desimal = 0,0052
Persen = 0,052%
Derajat = 0° 0 18.072
·         Cara I =
Desimal = 0,00976
Persen = 0,976 %
Derajat = 44,30°
·         Cara II
Tg∞ =
Desimal = 0,00976
Persen = 0,976%
Derajat = 0° 0 30.136

V.        PEMBAHASAN
Dalam Pembuatan Penampang Profile ada dua cara yaitu :
Skala Horizontal dan Skala Vertikal. Cara skala horizontal menggambarkan keadaan yang sama dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan sehingga konfigurasi relief kurang jelas.
Skala Vertikal relief yang ditampilkan akan tampak lebih jelas, untuk memberi gambaran yang paling mudah dimengerti tentang satu lereng yang digambarkan sepanjang garis tertentu.
Profile penampang adalah ambaran bentuk suatu penampang dari suatu daerah tersebut dipotong oleh suatu gambaran profile vertical yang tegak lurus pada permukaannya. Dengan membuat profilnya maka dapat ditentukan berapa volume tanah yang  dipotong dan berapa yang ditimbun.
Dengan melihat skala peta bisa menentukan beberapa jarak sebenarnya di lapangan. Kemudian jika ingin melihat benda beda garis dapat dilihat konturnya.






VI.    KESIMPULAN
               Dapat disimpulkan bahwa Praktikum ini dapat memperoleh ilmu     sebagai berikut :
1.      Dapat mengetahui kedalaman dan atau sungai atau ketinggian kemiringan lereng.
2.      Menentukan daerah yang nampak dan tidak tampak
3.      Dapat mengukur kemiringan lereng pada wilayah tertentu.
4.      Pembuatan Profile Penampang ada 2 cara yaitu Skala Horizontal dan Skala Vertikal.
















LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAFI DASAR
ACARA VII
LETTERING DAN TATA LETAK PETA







Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc
Asisten :
Ambar asmoro
Rahmannita lestari
Mifta rohma dhanin
Joko ali – rosyid
Mega is purwanto
Disusun Oleh :
Gilang Suryo Nugroho
E100140057
LABORATORIUM KARTOGRAFI DASAR
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ACARA VII
LETTERING DAN TATA LETAK PETA

\I.TUJUAN
Melatih praktikan untuk dapat merancang tata letak (layout) dan menmpatkan nama- nama geografi dalam suatu peta sesuai dengan komposisi yang benar.

II. BAHAN DAN ALAT
1.      Peta Sumatra sebagai guide map beserta nama-nama geografi.
2.      Kertas blad (kalkir, ozetec, atau sejenisnya)
3.      Rapidograph dan alat tulis lainya
4.      Mistar Sablon

III. DASAR TEORI
            Lay out atau tata letak  adalah menyusun atau mengatur informasi (marginal information) peta supaya posisi masing- masing elemen secara bersama- sama nampak harminis. Informasi tepi peta meliputi : judul, skala peta, orientasi, legenda, sumber, graticule ( lintang- bujur), penyusun peta, bingkai, nomor seri peta dan insert.
            Semua informasi yang akan di masukan ke dalam peta perlu di pertimbangkan terlebih dahulu bagian kosong dari lembar peta. Sehingga akan di dapatkan hasil peta yang lebih menarik dan seimbang. Komposisi peta tergantung pada ruangan yang ada pada peta dan juga seni dari si pembuat peta.

Hal- hal yang perlu di perhatikan dalam layout peta :
1.      Judul peta
a.       Menunjukan daerah yang di gambarkan dalam waktu tertentu atau di sebut pula jenis petanya. Misal : peta migrasi penduduk jawa tahun 1984. Judul dapat di letakan di sebelah kanan atas, kiri atau tengah atas dari peta, tergantung pada komposisi peta.
b.      Tulisan judul lebih menyolok daripada nama daerah penelitiannya, sehingga pembaca peta dapat dengan mudah dan jelas mengerti judul peta tersebut. Ukuran huruf antara tema, daerah penelitian dan skala tidak sama, dan ukuran huruf di sesuaikan dengan ukuran peta.
c.       Di bawah judul biasanya disertakan skala peta baik skala numeric maupun skala grafis. Tulisan skala lebih kecil dari teman dan daerah penelitaian.
2.      Orientasi
a.       Biasanya diletakan di tyempat yang kosong dan dibuat kira-kira tegak lurus ke atas tepat dibawah judul. Sebenarnya posisi orientasi ini tidak harus di bawah  judul, tetapi tergantung dari posisi peta dan ruang yang memungkinkan sehingga memungkinkan sehingga memberikan kesan yang menarik dan harminis. Bila telah ada grid-gridnya, maka panah utara tidak perlu.

3.      Legenda
a.       Legenda ini merupakan kunci peta, sehingga harus mengandung keterangan simbol- simbol yang di pergunakan baik simbol titik, garis maupun area. Disamping itu arti singkatan di dalam peta harus di cantumkan pula. Legenda di letakan di dalam garis tepi peta bagian kiri atau kanan bawah.

4.      Graticule (letak lintang – bujur)
a.       Angka ditulis dengan garis tepi, antara garis tepi luar dan dalam, Tanda- tanda kordinat graticule ditambahkan dengan garis- garis memotong peta insert.

5.      Pencatatan sumber
a.       Biasnya diletakan di dalam bingkai di bagian kanan bawah dengan menyebutkan nama sumber.

6.      Garis tepi
a.       Peta dibatasi dengan kerangka yang garis-garis tidak terlalu tipis. Bentuk empat persegi panjang yang terdiri dari dua buah garis yang sejajar lebih kurang ¼ inchi.

7.      Penyusunan / pengamabr peta
a.       Untuk menunjukan siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan peta harus di tulis nama penyusun / penggambar peta berikut: tahun pembuatannya. Ditulis di sebelah di luar bingkai peta.

8.      Nomor seri
a.       Ditulis di bagian atas diluar bingkai peta.
9.      Inset
a.       Apabila diperluakan dapat dibuat inset, peta yang letaknya tersendiri). Diletakan di bagian bawah kanan di sebelah kanan dari legenda. Inset ini dapat menunjukan:
b.      ü  Suatu bagian peta pokok yang di anggap penting, di perbesar skalanya
c.       ü  Lokasi daerah yang dipetakan terhadap daerah lain dalam peta pokok, dapat digambarkan suatu inset yang bersekala kecil.
d.      ü  Bagian lain dari peta pokok karena kauangannya kurang atau menghemat ruangan, maka dipindahkan kedalam bagian tersendiri yaitu pada inset dengan skala yang sama.

1.      Lettering
Lettering bukan merupakan unsur yang dipetakan, melainkan sebagai tambahan untuk memberikan identitas obyek yang dipetakan. Pada pekerjaan lettering suatu peta di perlukan pertimbangan- pertimbangan yang cermat dari seorang kartografer, karena hasilnya akan mempengaruhi kenampakan suatu peta. Kesalahan karena lettering dapat menyebabkan peta tidak enak dipandang, sulit dibaca/ dimengerti dan nampak padat dengan huruf-huruf .
Untuk menghindari masalah telah dibuat aturan- aturan penempatan besrta tipe huruf yang digunakan dalam mewakili suatu kenampakan.
Faktor- faktor yang dapat diperhatikan dalam pekerjaan lettering suatu peta adalah;
1.            Corak/Macam dari huruf
2.            Bentuk huruf
3.            Ukuran huruf
4.            Kontras antara huruf dengan latar belakang
5.            Metode lettering
6.            Penempatan nama
7.            Hubungan antara lettering denagn reproduksinya.

Tipe huruf yang sering digunakan dalam pembuatan peta antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Roman, yaitu tegak, tebal tipis, bersirip, biasanya digunakan untuk made featur
2.      Italic, yaitu miring, tebal tipis, bersirip, biasanya untuk hidrograpic (tumbuh air)
3.      Gothic, yaitu tegak, sama tebal, tanpa sirip, biasanya untuk kenampakan relief(lembah gunung)
4.      Gothic italic, yaitu miring, sama tebal, tanpasirip biasa digunakan untuk jaringan perhubungan atau komunikasi(telepon dan sebagainya).

2.      Penempatan nama
Penempatan nama sering merupakan pekerjaan yang sukar teutama untuk peta yang padat dengan nama- nama. Maksud dari aturan- aturan penempatan nama ialah agar mudah dibaca dan tidak membingungkan bagi si pemakai peta, nama- nama yang diwakilinya.
Aturan penempatan nama:
a.       Nama- nama dalam suatu lembar peta harus teratur susunannya. Harus sejajar dengan tepi bawah peta (untuk peta bersekala besar) atau sejajar dengan garis paralel/grid (untuk peta skala kecil). Apabila hal diatas tidak dapat dipenuhi, maka nama- nama harus ditulis atau ditempatkan dari bawah ke atas untuk nama- nama di bagian kiri peta dari atas ke bawah. Untuk nama- nama di kanan peta. Hal ini berlaku juga bagi nama- nama yang sejajar dengan meridian.
b.      Nama- nama dapat memberi keterangan dari unsur- unsur berbentuk titik, garis dan luasan/ area.
                                                              i.      Nama untuk unsur titik (misalnya kota, gunung, dan sebagainya) sebaiknya di letakan bagian samping kanan agak ke atas dari unsur tersebut.
                                                            ii.      Nama untuk unsur yang terbentuk memanjang (misalnya sungai, pantai, batas, dan sebagainya) sebaiknya di letakan sejajar unsur tersebut. Apabila cukup lebar nama diletakan di dalam (misalnya sungai yang lebar). Untuk sungai yang berupa garis sebaiknya ditempatkan sedikit di atas obyeknya (misalnya 0,5mm). Nama- nama unsur yang memanjang sebaiknya diulang dengan jarak tertentu.
                                                          iii.      Nama unsur luasan/area (misal negara, pegunungan, dan sebagainya). Sebaiknya ditempatkan memanjang sehingga menempati ⅔ dari panjang daerah. Penempatan dari huruf- huruf sedapat mungkin menunjukan karakteristik dari bentuk daerah itu.
c.       Nama- nama harus terletak bebas satu sama lain. Dan sedapat mungkin tidak tergangguoleh simbol- simbol lainya. Nama-nama tidak bolehsaling berpotongan, kecuali ada nama yang letak huruf- hurufnya melengkung, lengkungannnya harus teratur dan tidak boleh terlalu tajam lengkungannya.
d.      Dalam hal ini banyak nama yang trpusat di suatu daerah, harus di atur sedemikian rupa sehingga terlihat distribusi nama- nama di tempat itu tidak terlalu padat dibanding dengan daerah lain di peta. Tetapi harus di jaga jangan sampai ada keraguan unsur- unsur mana yang di wakili oleh nama- nama tersebut.
e.       Angka ketinggian dari garis kontur di tempatkan di celah- celah tiap kontur dan penempatanya harus sedemikian rupa sehingga tiap angka ada arah mendaki lereng. Penyimpangan dari aturan ini boleh dilakukan apabila terjadi angka-angka menjadi terbalik dari arah pembaca peta, sehingga sulit untuk dibaca.
f.       Pemilihan (jenis) huruf tergantung sepenuhnya pada perencana (kartografer) sendiri. Akan tetapi jenis- jenis huruf haruslah fit pada keseluruhan isi peta. Ada beberapa aturan mengenai pemakaian jenis huruf ini. Misalnya huruf tegak lurus untuk nama- nama unsur buatan manusia (kota, jalan, dan lain- lain) serta huruf miring untuk nama-nama unsur alam (sungai, danau, dan lain-lain). Tetapi pada dasarnya tidak ada aturan yang pasti tentang hal ini. Dan tetap pemilihan jenis huruf diserahkan sepenuhnya pada kartografer.

IV.       LANGKAH KERJA
·         Dihadapan saudara telah tersedia peta pulau kalimantan yang belum diberi keterangan apapun.
·          Salinlah peta tersebut pada kertas blad (kalkir).
·         Berikan keterangan semau unsur yang dipetakan(kota,sungai, pulau, selat, samudra, dan sebagainya) sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan.
·         Berikan informasi tepi, (judul, skala, orientasi, legenda, nama, penyusun, dan sebagainya,) dengan susunan yang seimbang sesuai dengan ruang yang ada.
                                                        


V.        PEMBAHASAN
Menggambar Peta perlu memperhatikan tata letak suatu daerah yang ada pada gambar peta atau atlas. Tata letak adalah menyusun atau mengatur informasi (marginal posisi). Supaya posisi masing – masing elemen nampak jelas dan rapi. Dalam menggambar sebuah peta. Perlu diperhatikan beberapa hal yang penting yaitu :
1.      Judul Peta
2.      Skala Peta
3.      Legenda
4.      Sumber
5.      Garis Lintang /Bujur
6.      Insert dll
Judul Peta menunjukkan daerah yang digambarkan dalam waktu tertentu ada juga Jenis Peta yang digambar. Judul Peta biasanya terlihat diatas dan terlihat mencolok dari peta yang lainnya. Skala peta untuk mengetahui jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya yang ada di lapangan.
Legenda merupakan kunci peta. Sehinggah harus mengandung keterangan simbol – simbol yang digunakan baik simbol titik, garis maupun area. Disamping itu legenda terletak dibagian kiri atau kanan bawah. Sumber peta biasanya tercantum didalam kanan bawah dengan menyebutkan nama sumber. Angka ditulis dengan garis tepi. Garis lintang dan bujur untuk mengetahui berapa derajat letak suatu wilayah di peta. Insert Peta diperlukan dapat dibuat. Peta yang letaknya tersendiri diletakkan di bagian bawah sebelah kanan legenda.


VI.   KESIMPULAN

Ada beberapa manfaat dalam menyalin atau menggambar sebuah peta yaitu:
1.      Melatih merancang atau menggambar peta dengan ketelitian yang tinggi
2.      Warna pada setiap elemen berbeda – berbeda dan Setiap ketinggian beda kita dapat membedakan daerah sutau tempat atau vegetasidengan warna yang diberikan pada gambar.
3.      Melatih ketelitian mewarnai dengan tepat dan rapi.
4.      Mengatur pemilihan huruf saat memberi keterangan kurva atau denah secara rapi sejajartidak terlihat terlalu mepet atau bergerombol.
5.      Dapat mengetahui lebih jauh lagi suatu daerah yang ada pada pulau yang digambar.








LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAFI DASAR
ACARA VIII
MEMBACA PETA







Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc
Asisten :
Ambar asmoro
Rahmannita lestari
Mifta rohma dhanin
Joko ali – rosyid
Mega is purwanto
Disusun Oleh :
Gilang Suryo Nugroho
E100140057
LABORATORIUM KARTOGRAFI DASAR
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ACARA VIII
MEMBACA PETA

I. TUJUAN
Memberikan ketrampilan kepada pratikan untuk membaca (khususnya peta topografi) dan mengenal adanya aspek generalisasi.

II. BAHAN DAN ALAT
1.      Peta topografi skala 1:50.000
2.      Kertas transparan
3.      Alat tulis (rapidograf,penggaris,pensil dll)
4.      Busur derajat

II. DASAR TEORI
Membaca peta dapat dartikan sebagai usaha mempelajari/mengetahui kenampakan-kenampakan dpermukaan bumi dengan melalui peta.terutama melalui simbol-simbol dan juga legenda yang ada pada peta menafsir peta merupakan usaha lebih lanjut dari membaca peta yaitu berdasarkan kemampuan yang dibaca pada peta.untuk dapat membaca dan menafsir peta dengan baik maka yang harus dimiliki adalah

1.      Keampuan membayangkan (imagination)
2.      Ketajaman menganalisis (a keen sence of analisis),dapat menganalisis Setiap kenampakan yang ada pada peta baik secara sendiri-sendiri maupun keseluruhan
3.      Latihan yang teratur (regular training) kecuali latihan dalam ruang (laboratorium) juga harus berani keluar (lapangan)untuk mengecek kebenaran pembaca/interpretasi
4.      Pengetahuan secara umum kerena peta memuat berabagai kemampuan dan pembacaan peta harus sesuai dengan maksud tertentu,maka harus sering memperlihatkan berbagai ilmu terutama dalam kaitannya dengan peta dan pengetahuan umum.
·         Kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul dalam membaca dan menafsir peta adalah
a.      Kurang mengenal proyeksi peta.
b)      Pembaca peta berbuat adalah dalam pembaca peta
c)      Kurangnya pengertian mengenai persoalan dan salah menggunaan metode pembacaan.
d)     Peta yang di baca kurang dapat dpercayai atau peta tersebut tidak sesuai lagi.
e)      Jarak yang mendatar yang dikira jarak sebenarnya.
·         Sebelum membaca suatu peta kita harus memperhatikan faktor-faktor yang terdapat pada suatu peta:
1.      Judul peta
2.      Type peta
3.      Indeks peta
4.      Sumber peta
5.      Tahun pembuatan peta
6.      Proyeksi peta
7.      Skala peta
8.      Oreintasi
9.      Administrative peta
10.  legenda
Didalam pembuatan peta perlu disertakan simbol-simbol agar peta dapat dibaca.simbol adalah alat yang berfungsi untuk menggambarkan keadaan medan dan letaknya dalam peta.simbol yang baik adalah simbol yang dkenal dengan mudah dan juga mudah dibaca.

Menurut artinya simbol dapat dibedakan menjadi
1.      simbol kualitatifmenyatakan identifikasi atau menlukiskan keadaan asli dari unsur.
2.      Simbol kualitatifMenyatakan identitas asli dari daerah yang dwakili

VI.       LANGKAH KERJA
1.      Amatilah  peta topografi yang saudara hadapi dengan seksama
2.      Kelompokan informasi yang disajikan pada peta tersebut(dengan merlihat legenda peta),menjadi  tiga kelompok (titik,garis dan area wilayah)
3.      Bagaimana sistem pemoporan peta yang dguanakan
4.      Plotkan titik A (kira-kira ditengah-tengah muka peta),selanjutnya tentukan posisi horisotal dan vertiakal
5.      Amatilah deklinasi arah utara (pada keterangan deklinasi)
6.      Amatialh indeks administrasi ,ada barapa wilayah administrasi yang tegambar   Pada gambar tersebut

V.        PEMBAHASAN
Sebelum membaca pada peta kita harus memperhatikan faktor – faktor yang terdapat pada peta.
1.      Judul Peta
2.      Tahun Penyusunan
3.      Seri Peta
4.      Nama Pencetak dan Thun Cetak
5.      Penyusun
6.      Skala Peta
7.      Keterangan Delinasi dll
Dalam pembuatan peta perlu disertakan simbol – simbol agar peta dapat dibaca simbol adalah alat yang berfungsi untuk menggambar keadaan  medan lokasi. Simbol yang baik adalah simbol yang mudah dibaca. Membaca peta sebagai usaha mempelajari kenampakan – kenampakan dipermukaan bumi dengan melaalui peta. Terutama simbol yang dibuat. Untuk membaca peta dengan baik harus memiliki kemampuan membayangkan ketajaman analisis setiap kenampakan pada peta baik sendiri atau keseluruhan.
Pengetahuan secara umum karena peta memuat berbagai kemampuan dan pembacaan peta harus sesuai dengan maksud tertentu.


VI.       KESIMPULAN

Dari hasil praktikum ke VIII membaca dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.      Membaca Peta atau Menyalin Peta harus teliti menurut susunan peta yang ada.
2.      Dalam pembuatan peta harus terdapat simbol – simbol agar dapat dibaca.
3.      Simbol Peta ialah menggambarkan keadaan sebenarnya di lokasi.
4.      Didalam membaca peta, membuat, atau menyalin harus ada judul peta, tahun penyusunan, seri peta, nama pencetak, penyusun skala peta, dll.

















saran
·         Kita harus sunguh – sungguh dalam mengerjakan setiap acara praktikum
·         Awalilah dengan berdoa
·         Ketelitian sangat dibutuhkan dalam mengerjakan semua praktikum
·         Dalam melaksanakan praktikum sebaiknya mempersiapkan semua alat yang lengkap supaya tidak bingung atau meminjam teman
·         Menggambar atau menyalin peta diperlukan  kesabaran agar gambar jiplakan tampak sempurna seperti yang asli
·         Saat masuk seharusnya tepat waktu supaya tidak mengulur-ulur waktu






























                                    DAFTAR PUSTAKA
v  Sutanto. 1992. Penginderaan Jauh Dasar Jilid I. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Gadjah Mada University Press.
v  http://www.pu.go.id/publik/ind/produk/info_peta/infrastruktur/flash/html/images/kabupaten/Jateng/jatengcitra.htm
v  http://rsgisforum.files.wordpress.com/2010/11/merapi_ikonos.jpg
v  selfaseptianiaulia.wordpress.com
v  www.google.co.id

No comments:

Post a Comment